Kamis, 24 Desember 2020
[REVIEW BUKU] Filosofi Teras
Jumat, 18 Desember 2020
[REVIEW BUKU] Metamorproses
Judul : Metamorproses
Selasa, 15 Desember 2020
[REVIEW BUKU] The Orange Girl
Jumat, 11 Desember 2020
[REVIEW BUKU] Segala-Galanya Ambyar
Judul Asli: Everything is F*cked
Judul : Segala-galanya Ambyar
Penulis : Mark Manson
Penerbit : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia
Alih bahasa: Adinto F. Susanto
ISBN : 978-602-052-283-8
Harga : pulau Jawa Rp. 90.000, 00
Jenis buku : self improvement
Usia : 17+
Rating dari saya pribadi : 4,6 /5
Buku ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu bab 1 tentang harapan dan bab 2 tentang segala-galanya ambyar.
Bagian pertama tentang harapan di buka dengan kisah Pilecki yang nekat untuk masuk ke dalam penjara yang kejam (kamp. Konsentrasi Nazi) demi untuk membuktikan kebenaran pemberitaan atas banyaknya orang yang terbunuh di dalamnya, puluhan ribu orang tewas setiap hari. Misi ini dirasa sebagai misi bunuh diri, tapi dibalik misi ini, Pilecki berharap dari pemberitaannya akan ditindak lanjuti untuk memperbaiki kehidupan. Namun bala bantuan tidak kunjung datang karena mereka menganggap Pilecki terlalu mengada-ngada berita. Namun Pilecki terus berharap suatu hari akan ada bantuan yang datang. Tapi pada akhirnya Pilecki berhasil melarikan diri sendiri tanpa ada bantuan dari orang-orang yang awalnya berjanji akan membantunya. Pilecki terus menjadi mata-mata dan selanjutnya ia ketahuan. Pilecki diancam untuk di hukum, saat ini bisa saja ia kabur ke Italia, tapi dia memilih tetap menjadi orang Polandia dan mati secara terhormat, ketimbang harus melarikan diri dan menjadi identitas yang bukan dirinya. Intinya harapanlah yang menggerakan Pilecki.
Mark menyimpulkan bahwa lawan dari kebahagiaan bukanlah amarah atau kesedihan, namun ketiadaan harapan. Jika kamu masih marah dan sedih akan sesuatu artinya kamu masih peduli dengan hal itu. Ketiadaan harapan inilah yang membuat seseorang menjadi depresi dan akar penyakit jiwa lainnya.
Namun sering kali kita sukar untuk menemukan tujuan hidup kita, dan itu membuat orang berbondong-bondong mengadu kepada Tuhan karena hanya Tuhan yang tahu secara pasti dan kita sebagai manusia sangat terbatas. Namun orang yang tidak memiliki agama pun juga mempercayai sesuatu.
Lalu dilanjutkan dengan membahas paradoks kemajuan: semakin baik kondisi yang kita dapatkan, semakin cemas dan putus asa diri kita. Fakta mengejutkan bahwa "Semakin aman wilayah yang anda tinggali maka semakin mungkin anda melakukan bunuh diri".
Untuk membangun sebuah harapan kita membutuhkan 3 hal : yang pertama kesadaran akan kendali, kedua kepercayaan akan nilai sesuatu, dan yang ketiga adalah sebuah komunitas.
Lalu ada kisah seseorang bernama Elliot seseorang yang berhasil dan sukses di perusahaannya, namun ia mengalami tumor otak yang mengharuskan tumor tersebut diangkat melalui operasi frontal lobe. Namun setelah pembedahan, alih-alih sembuh Elliot malah berubah menjadi sosok yang kualitas kerjanya sangat menurun Bahkan ia tidak peduli dengan apapun, ternyata ada kerusakan dalam sistem emosi di otak Elliot, meskipun secara intelegensi tidak terganggu. Dari sini kita tahu bahwa emosi itu penting untuk menjadi penggerak kita dalam melakukan sesuatu.
Di buku ini juga terdapat hukum Newton tentang emosi, namun tidak sesulit Hukum Newton yang ada di dalam buku fisika, karena tidak terdapat rumus-rumus tertentu. Hukum newton emosi yang pertama adalah ada kesenjangan moral di mana kita sering merasa jika kita dijahati oleh orang maka kita harus membalasnya dengan kejahatan juga, karena kita mendambakan sebuah penyetaraan, begitu pula dengan emosi positif yang diberikan oleh orang lain kita cenderung akan membalasnya dengan positif juga. Dan yang mendorong penyetaraan itu adalah emosi kita sendiri. Hukum pertama Newton Ini menghasilkan Kesadaran kita akan moralitas yang mendasari persepsi kita akan keadilan dan inilah sistem yang mengoperasikan otak perasa. Ada juga kisah mengenai otak perasa kita yang jika tidak dikendalikan dengan otak pemikir maka kita sebagai manusia bisa menjadi jahat dan cenderung lepas kontrol.
Disini dijelaskan bahwa otak pemikir memahami kejadian demi kejadian dalam hubungan lateral atau setara, misalnya persamaan perbedaan sebab-akibat dan lain-lain. Sedangkan untuk otak perasa bertugas mencerna kejadian demi kejadian dalam hubungan hierarkis atau peringkat misal baik-buruk lebih tinggi lebih rendah secara moral.
Lalu hukum kedua Newton tentang emosi ini berisi: emosi-emosi yang kita alami selama ini membentuk cara kita dalam menilai segala hal yang terkait dengan diri kita. di sini disebutkan bahwa, seseorang yang percaya dirinya layak diperlakukan Istimewa karena merasa hebat tidak berbeda dengan seseorang yang layak diperlakukan Istimewa karena merasa dirinya bobrok. Dijelaskan juga bahwa harga diri adalah sebuah ilusi yang hanyalah sebuah bangunan psikologis yang dirancang oleh otak perasa agar dapat memprediksi apa saja yang bisa menolong kita dan melukai kita.
Lalu hukum ketiga Newton Emosi adalah identitas anda akan tetap menjadi identitas anda hingga sebuah pengalaman baru melawannya. Diceritakan bahwa ada seorang cowok yang selingkuh lalu cewek itu patah hati dan cewek itu merasa bahwa semua cowok itu brengsek atau dia yang brengsek padahal keyakinan itu belum pasti kebenarannya karena itu hanya pemikiran cewek itu saja, sampai akhirnya ketika dia menemukan cowok yang baik namun karena cewek itu tetap didalam pikirannya yang awal maka ia tetap menganggap semua cowok brengsek.
Itulah kenapa perlu untuk memeriksa ulang pengalaman-pengalaman di masa lalu kita dan menulis ulang cerita-cerita di sekitar pengalaman tersebut. Apakah benar kalau hal itu adalah hal jahat yang menimpa kita atau tidak, dan cara lain untuk mengubah nilai-nilai kita adalah dengan memulai menulis cerita-cerita untuk diri kita di masa depan untuk melihat Seperti apa hidup kita kelak jika memiliki suatu nilai tertentu.
Kurang lebih seperti itu isi buku ini. Saya tidak bisa menjelaskan hal ini secara lengkap total, karena anda bisa baca sendiri jika anda tertarik untuk membelinya.
Buku ini sangat menarik bagi saya. Seakan-akan saya diajak untuk mengkritisi sesuatu dan menganalisis setiap kisah yang ditulis Mark Manson. Dan seru untuk dibaca karena banyak berisi kisah-kisah maupun sejarah yang riil terjadi di kehidupan nyata yang diambil kisahnya oleh Mark Manson namun memang harus sangat kritis dalam membaca buku ini, jangan ditelen mentah-mentah. Buku ini juga cocok bagi kalian yang ingin mendalami bidang psikologi karena di sini banyak kisah-kisah tentang bagaimana proses otak perasa dan otak pemikir dalam bekerja.
Buku ini ada membahas tentang agama juga. Namun bukan agama yang hanya selama ini kita ketahui seperti Islam Kristen Budha dan lain-lain namun agama di sini lebih kepada kepercayaan yang kita anut, misalnya bisa ideologi atau bahkan hobi hobi yang kita lakukan selama ini. bahkan di akhir buku ini ada penjelasan tentang agama terakhir yaitu di mana Mark Manson melihat akan adanya kelahiran kecerdasan artifisial yaitu program yang lebih pintar dari manusia mungkin disini saya bisa analogikan seperti Google, namun lebih canggih lagi. Dan kesan saya terhadap buku ini seperti buku sebelumnya, buku ini juga harga memiliki bahasa yang berat jadi perlu dipikirkan dengan baik.
BTW, Saya membeli buku ini seharga 64.000 karena sedang diskon di shopee hehe. Segitu dulu ya kurang lebihnya mohon maaf semoga bermanfaat ya.